Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir 3 September 1961 di Jakarta) adalah seorang penyanyi beraliran balada yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia. Lewat lagu-lagunya, Iwan menggambarkan suasana sosial kehidupan Indonesia (terutama Jakarta) di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti lagu Wakil Rakyat dan Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya lagu Siang Seberang Istana dan Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti lagu Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya.

Lewat lagu-lagunya, ia memotret kehidupan dan sosial-budaya di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi juga sejumlah pencipta lain.

Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum ‘akar rumput’. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang Oi dapat ditemui setiap penjuru Nusantara dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara.

Perjalanan Hidup
Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalama paduan suara sekolah.

Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul. Tapi album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen.

Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records. Tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.

Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Waktu siaran acara Manasuka Siaran Niaga di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.

Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya yang kritis.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang di dukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.

Keluarga
Iwan lahir di Jakarta pada 3 September 1961 dari pasangan Haryoso (ayah)(almarhum) dan Lies (ibu). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani.

Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.

Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini , yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1981).

Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991.

Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktifitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung Bogor Jawa Barat sekitar satu jam perjalanan dari Jakarta. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.

Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang dinamakan Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan sebutan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals.

Ref : http://iwan-fals.blogspot.com/2007/04/biografi-singkat-iwan-fals.html
http://www.ghabo.com/gpedia/index.php/Iwan_Fals

SEDIKIT POSTING LAGU LAGU  BANG IWAN FALS …………

” Ibu  ”

(*)
Am FM7 Am
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
FM7 Am/D E

Lewati rintang untuk aku anakmu
Am FM7 Am
Ibuku sayang masih terus berjalan
FM7 Am/D E Am

Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah
Am/B C Am/D FM7 Am
Seperti udara… kasih yang engkau berikan
C Am/D FM7 Am

Tak mampu ku membalas…ibu…ibu
Int : Am Am/C Am/B
Am FM7 Am
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu

FM7 Am/D E Am
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Am/B C Am/D FM7 Am
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku

C Am/D FM7 Am
Dengan apa membalas…ibu…ibu….
Int : Am FM7 Am7 Am/D
Am C C/B

kembali ke (*)

 

 

”  Rindu Tebal  ”

C
Sewindu sudah lamanya waktu
G C
Tinggalkan tanah kelahiranku

C
Rinduku tebal kasih yang kekal
G C C/B Am
Detik ke detik bertambah tebal

Am Em F G C C/B Am
Pagi yang kutelusuri riuh tak bernyanyi
Am Em G F G C
Malam yang aku jalani sepi tak berarti

C
Saat kereta mulai berjalan
G C
Rinduku tebal tak tertahankan

C
Terlintas jelas dalam benakku
G C
Makian bapak usirku kupergi

C
Hanya menangis yang emak bisa
G C C/B Am
Dengan terpaksa kutinggalkan desa

Am Em
Seekor kambing kucuri
F G C C/B Am
Milik tetangga tuk makan sekeluarga

Am Em
Bapak tak mau mengerti
F G C
Hilang satu anak tuk harga diri

C C/B Am Em
Aku pergi meninggalkan coreng hitam dimuka bapak
F G C
Yang membuat malu keluargaku

C C/B Am Em
Ku ingin kembali mungkinkah mereka mau terima
F G C
rinduku

C
Maafkan semua kesalahanku
G C
Kursi kereta yang pasti tahu

 

 

 

” Hatta ”

Intro : A# C F F/E Dm Gm C F
F Am Dm C
Tuhan terlalu cepat semua
A# Am Gm

Kau panggil satu-satunya yang tersisa
A# C F
Proklamator tercinta…
F Am Dm C

Jujur lugu dan bijaksana
A# Am Gm
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
A# C F

Rakyat Indonesia…
Reff :
Am Dm A# F
Hujan air mata dari pelosok negeri

Gm A# C F
Saat melepas engkau pergi…
Am Dm A# F
Berjuta kepala tertunduk haru

Gm A#
Terlintas nama seorang sahabat
Dm Am Dm
Yang tak lepas dari namamu…

A# F A# F
Terbayang baktimu, terbayang jasamu
A# C Dm A# F
Terbayang jelas… jiwa sederhanamu

Gm A# F
Bernisan bangga, berkapal doa
C A# C
Dari kami yang merindukan orang

A# C F
Sepertimu…
Int : F F/E Dm Am A# F G C
F F/E Dm Am A# F Gm C F

Kembali ke Reff.

 

 

” Doa Pengobral Dosa ”

Di sudut dekat gerbong yang tak terpakai
Perempuan ber-make-up tebal dengan rokok di tangan
Menunggu tamunya datang
Terpisah dari ramai

Berteman nyamuk nakal dan segumpal harapan
Kapankah datang tuan berkantong tebal
Reff.
Habis berbatang-batang tuan belum datang

Dalam hati resah menjerit bimbang
Apakah esok hari anak2 dapat makan
Oh Tuhan beri setetes rezeki
Dara dara dara dara dara ..

Kabulkan Tuhan

 

 

” Ethiopia ”


Dengar rintihan berjuta kepala
Waktu lapar menggila
Hamparan manusia tunggu mati
Nyawa tak ada arti

Kering kerontang meradang
Entah sampai kapan
Datang tikam nurani
Selaksa doa penjuru dunia

Mengapa tak robah bencana
Menjerit Afrika mengerang Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Derap langkah sang penggali kubur
Angkat yang mati dengan kelingking
Parade murka bocah petaka
Tak akan lenyap kian menggema

Nafas orang-orang disana
Merobek telinga telanjangi kita
Lalat-lalat berdansa cha cha cha
Berebut makan dengan mereka

Tangis bayi ditetek ibunya
keringkan airmata dunia
Obrolan kita dimeja makan
Tentang mereka yang kelaparan

Lihat sekarat dilayar Tv
Antar kita pergi ke alam mimpi
Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Disana terlihat ribuan burung nazar
terbang disisi iga-iga yang keluar
Jutaan orang memaki takdirnya
Jutaan orang mengutuk nasibnya

Jutaan marah….jutaan marah
Tak bisa berbuat apa-apa
Setiap detik selalu saja ada yang merintih
Setiap menit selalu saja ada yang mengerang

Aku dengar jeritan dari sisni…aku dengar
Aku dengar tangismu dari sini…aku dengar
Namun aku hanya bisa mendengar
Aku hanya bisa sedih

Hitam kulitmu sehitam nasibmu kawan
Waktu kita asik makan waktu kita asik minum
mereka haus……….mereka lapar
Mereka lapar…mereka lapar

” Belum Ada Judul  ”


C Am
Pernah kita sama sama susah
F G
Terperangkap didingin malam

C Am
Terjerumus dalam lubang jalanan
F G
Digilas kaki sang waktu yang sombong

Am F G
Terjerat mimpi yang indah lelap
C Am
Pernah kita sama-sama rasakan

F G
Panasnya mentari hanguskan hati
C Am
Sampai saat kita nyaris tak percaya

F G
Bahwa roda nasib memang berputar
Am F G
Sahabat masing ingatkah kau

Reff:
Am Em
Sementara hari terus berganti
Am Em G

Engkau pergi dengan dendam membara di hati
C Am
Cukup lama aku jalan sendiri
F G

Tanpa teman yang sanggup mengerti
C Am
Hingga saat kita jumpa hari ini
F G

Tajamnya matamu tikam jiwaku
Am F G
Kau tampar bangkitkan aku sobat

”  Bento  ”


E
Namaku Bento, rumah real estate
Mobilku banyak, harta melimpah
A

Orang memanggilku bos eksekutif
Tokoh papan atas, atas segalanya
E
Asyik…!

E
Wajahku ganteng, banyak simpanan
Sekali lirik oke sajalah
A

Bisnisku menjagal, jagal apa saja
Yang penting aku senang, aku menang
B A
Persetan orang susah karena aku

B A
Yang penting asyik, sekali lagi
E
Asyik…!

E
Khotbah soal moral, omong keadilan
A
sarapan pagiku

E
Aksi tipu-tipu, lobying dan upeti
A
wow…jagonya

E
Maling kelas teri, bandit kelas coro
A
itu kan tong sampah

B A
Siapa yang mau berguru datang padaku
B
Sebut tiga kali namaku

A
Bento, Bento, Bento
E

Asyik…!

”  Bongkar   ”


Intro: Em
Em
Kalau cinta sudah di buang
C Em

Jangan harap keadilan akan datang
Em
Kesedihan hanya tontonan
C Em

Bagi mereka yang di perbudak jabatan
C Em
(*) O, o, ya o … ya o … ya bongkar
C Em

O, o, ya o … ya o … ya bongkar
Em
Sabar, sabar, sabar dan tunggu
C Em

Itu jawaban yang harus kami terima
Em
Ternyata kita harus turun ke jalan
C Em

Robohkan setan yang berdiri mengangkang
Kembali ke : (*)
G
Reff I : Penindasan serta kesewenang-wenangan

Am C Em
Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
G
Hoi hentikan jangan di teruskan

Am C Em
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan
C Em
O, o, ya o … ya o … ya bongkar

C Em
O, o, ya o … ya o … ya bongkar
G
Reff II : Di jalan kami sandarkan cita-cita

Am C Em
Sebab dirumah tiada lagi yang bisa dipercaya
G
Orang tua pandanglah kami sebagai manusia

Am C Em
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta
lnt : Em
Kembali ke: (*), Reff I, Reff II

”  Oemar Bakri   ”


Intro : G C G D
G C G D G
G
Tas hitam dari kulit buaya

D G A D
“Selamat pagi!”, berkata bapak Oemar Bakri
C G D G
“Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!”

G
Tas hitam dari kulit buaya
D G A D
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti

C G A D D C Bm Am
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu
(*)
G

Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
D G
Slalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
G

Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
D G
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang
G

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
D G
“Berkelahi Pak!”, jawab murid seperti jagoan
G

Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
D G
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang
G

Busyet… standing dan terbang
Reff.
G D G
Oemar Bakri… Oemar Bakri pegawai negeri

G A D
Oemar Bakri… Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
C G D G
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

G D G
Oemar Bakri… Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
G A D
Oemar Bakri… profesor dokter insinyur pun jadi

C G C G D G
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri
Int : G D G
G A D

D C Bm Am
Kembali ke (*)
G
Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan

D G
“Berkelahi Pak!”, jawab murid seperti jagoan
G
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang

D
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut
G
Bakrie kentut… cepat pulang

G D G
Oemar Bakri… Oemar Bakri pegawai negeri
G A D
Oemar Bakri… Oemar Bakri 40 tahun mengabdi

C G D G
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
G D G
Oemar Bakri… Oemar Bakri banyak ciptakan menteri

G A D
Oemar Bakri… bikin otak seperti otak Habibie
C G C G D G
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Coda : G D G (3x)

” Sore Tugu Pancoran  ”


si budi kecil kuyup menggigil
menahan dingin tanpa jas hujan
di simpang jalan Tugu Pancoran
tunggu pembeli jajakan koran

menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
surat kabar sore dijual malam
selepas isya melangkah pulang

anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal

cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
tugas dari sekolah selesai setengah
sanggupkah si Budi diam di dua sisi

”  Lonteku  ”


Intro: Em C C/B Am
Em C C/B Am F Em (2X)
Em D
Hembusan angin malam waktu itu

C C/B Am D Em
Bawa lari ku dalam dekapanmu
Em D
Kau usap luka di sekujur tubuh ini

C C/B Am G G/F#
Sembunyilah-sembunyi ucapmu…
Em D
Nampak jelas rasa takut di wajahmu

C C/B Am D Em
Saat petugas datang mencariku
Int: Em C C/B Am
Em C C/B Am F Em

Reff.
C D G C G
Lonteku… terima kasih
C C/B Am F Em

Atas pertolonganmu di malam itu
C D G C G
Lonteku… dekat padaku
C C/B Am F Em

Mari kita lanjutkan cerita hari esok
G D G Bm C C/B
(*) Walau kita berjalan dalam dunia hitam
Am F D

Benih cinta tak pandang siapa
G D G Bm C C/B
Meski semua orang singkirkan kita
Am F D G

Genggam tangan erat-erat kita melangkah
Int : Aadd9 Bm Aadd9 Em Aadd9 Bm C D Em
Kembali ke Reff, (*), Reff (2x)

” Maaf Cintaku  ”


Ingin kuludahi mukamu yang cantik
Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik
Ingin kucongkel keluar indah matamu
Agar kau tahu memang indah matamu

Harus kuakui bahwa aku pengecut
Untuk menciummu juga merabamu
Namun aku tak takut untuk ucapkan
segudang kata cinta padamu

Mengertilah perempuanku
Jalan masih teramat jauh
Mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh
Maaf cintaku

Aku menggurui kamu
Maaf cintaku
Aku menasehati kamu

” Kemesraan  ”


D G
Suatu hari Dikala kita duduk ditepi pantai
Em A D
Dan memandang ombak dilautan yang kian menepi

D G
Burung camar terbang bermain diderunya air
Em A D
Suara alam ini hangatkan jiwa kita

D G
Sementara sinar surya perlahan mulai tenggelam
Em A D
Suara gitarmu mengalunkan melodi tentang cinta

D G
Ada hati membara erat bersatu
Em A D
Getar seluruh jiwa tercurah saat itu

Reff:
G A D
Kemesraan ini… janganlah cepat berlalu
G A D

Kemesraan ini… inginku kenang selalu
G A D
Hatiku damai… jiwaku tentram disamping mu
G A D

Hatiku damai… jiwa ku tentram bersamamu

Asmara Tak Secengeng Yg Aku Kira



Bekas tapak-tapak sepatu
yang kupakai selalu ikuti
Kemana ku berjalan
Debu dan keringat yang ada

Di atas tubuh ini
Saksi bisu bahwasanya tak mudah
Dan tak segampang yang selama ini
Aku kira (sangka)

Tentang asmara…
Cermin disegala tempat
Sahabat terdekat
Tak pernah terlambat

Menampung setiap ungkapan
Mendekap semua keluhan
Meraih suka
Menangkap tawa

Merebut duka….
Satu cerita dua manusia
Terlibat dalam amuk asmara
Satu cerita yang memang ada

Tak mungkin mati jelas abadi
Selama manusia dalam alam ini
Maafkan kalauku salah duga
Ternyata asmara itu

Tak mudah tak gampang
Dan tak secengeng yang kukira
Yang kukira
yang kusangka

” Yang Terlupakan  ”


Intro : D A Bm A ( 2X )
D A Bm A
Denting piano kala jemari menari
G D Em G

Nada merambat pelan di kesunyian malam
Gm D Em G Gm
Saat datang rintik hujan bersama sebuah bayang
A G A D

Yang pernah terlupakan
Int : A Bm A D A Bm A
D A Bm A
(*) Hati kecil berbisik untuk kembali padanya

G D Ern G
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
Gm D Em G Gm
Seperti menjelma waktu aku tertawa

A G A D
Kala memberimu dosa
A Bm A D
Na….na….na….na O….maafkanlah

A Bm A G
Na….na….na….na O….maafkanlah
D F#m Bm A
Reff : Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi

D F#m Bm A
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
G Gm D F#m Bm
Pernah ku mencoba tuk sembunyi

G A D
Namun senyum mu tetap mengikuti
Int : A Bm A D A Bm G

” Azan Subuh Masih Ditelinga  ”


Ketika fajar menjelang
Terlihat dia melangkah enggan
Seirama dengan dendang subuh
Yang singgah dihati keruh

Sempit jalan berdesak bangunan
Memandang sinis mendakwa bengis
Perempuan satu dan hitamnya waktu
Dihapus gincu dengan ujung baju

Dibuangnya dengus birahi sejuta tamu
Hari pagi menyambut kau kembali
Mengusap nadi mengelus hati
Sesal dihatimu kian mengganggu

Terdengar renyah tawa gadis sekolah
Menyibak tabir cerita lama
Didepan retaknya cermin yang telah usang
Menari dia seperti dahulu

Terdengar pelan ketuk pintu
Tegur anakmu buyarkan lamunan
Perempuan saru kian terbelengu

” Jangan Tutup Dirimu

Dari hati yang paling dalam
Kudendangkan…sebuah
lagu temani sepi
Sejenak iringi nurani

Ada jarak diantara kita
Selimuti sekian waktu
tlah tersita
Ingin kubilang jarak

terbentang….semoga
Reff:
Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat

Jangan buang pelukku
yang tulus
Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang halus

Jangan tutup dirimu
Buat apa kau diam saja
Bicaralah agar aku
semakin tau

Warna dirimu duhai permata
Kau mimpiku…
aku tak bohong
Seperti yang kau kira

Seperti yang slalu kau duga
Pintaku kau percayalah
usah ragu
Reff:

Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan campakkan pelukku
yang tulus

Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang kering
Jangan tutup dirimu

” Pesawat Tempurku

Waktu kau lewat aku sedang mainkan gitar
Sebuah lagu yang kunyanyikan tentang dirimu
Seperti kemarin kamu hanya lemparkan senyum
Lalu pergi begitu saja bagai pesawat tempur

Hei…kau yang manis singgahlah dan ikut bernyanyi
Sebentar saja nona..sebentar saja hanya sebentar
Rayuan mautku tak membuat kau jadi galak
Bagai seorang diplomat ulung engkau mengelak

Kalau saja aku bukanlah sudah kupacari kau
Jangan bilang tidak … bilang saja iya…
Iya lebih baik daripada kau menangis
Penguasa…penguasa…berilah hambamu uang 2x

Beri hamba uang 2x
Oh..ya andaikata dunia tak punya tentara
Tentu tak ada perang yang makan banyak biaya
Oh…ya andaikata tak punya tentara

Tentu tak ada perang yang makan banyak biaya
Oh…ya andaikata dana perang buat diriku
Tentu kau mau singgah bukan cuma tersenyum
Kalau hanya senyum yang engkau berikan

Westerling pun tersenyum
Oh…singgahlah sayang …pesawat tempurku
Mendarat mulus didalam sanubariku

” Entah

Entah mengapa aku tak berdaya
waktu kau bisikkan,
“Jangan aku kau tinggalkan”
tak tahu di mana ada getar terasa

waktu kau katakan
“Kubutuh dekat denganmu”
seperti biasa aku diam tak bicara
hanya mampu pandangi

bibir tipismu yang menari
seperti biasa aku tak sanggup berjanji
hanya mampu katakan:
“Aku cinta kau saat ini”

entah esok hari
entah lusa nanti
entah
sungguh mati betina

aku tak mampu beri sayang yang cantik
seperi kisah cinta di dalam komik
sungguh mati betina
buang saja angan angan itu

lalu cepat peluk aku
lanjutkan saja langkah kita
rasalah….
rasalah….

apa yang terasa

Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu

Tabir gelap yang lalu hinggap
Lambat laun mulai terungkap
Labil tawamu tak pasti tangismu
Jelas membuat Aku sangat ingin mencari

Apa yang tersembunyi dibalik manis senyummu
Apa yang tersembunyi dibalik bening dua matamu
Dapat kutemui mengapa engkau tak pasti
Lalu aku coba untuk mengerti

Saat engkau tiba disimpang jalan
Lalu engkau bimbang untuk tentukan
Arah mana tempat tujuan
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki

” Kembang Pete 

C Em
Ku berikan padamu
Am
Setangkai kembang pete

F G C
Tanda cinta abadi namun kere
C Em Am
Buang jauh-jauh impian mulukmu

F G C
Sebab kita tak boleh bikin uang palsu
C Em Am
Kalau diantara kita jatuh sakit

F G C
Lebih baik tak usah ke dokter
C Em Am
Sebab ongkos dokter disini

F G C
Terkait di awan tinggi
F G C Em Am
Cinta kita cinta jalanan

F G C
Yang tegak mabuk dipersimpangan
F G C Em Am
Cinta kita jalanan

F G C
Yang sombong menghadap keadaan
C Em F G C
Semoga hidup kita bahagia

C Em F G C
Semoga hidup kita sejahtera
C Em F G C
Semoga hidup kita bahagia

C Em F G C
Semoga hidup kita sejahtera
C Em Am
Kuberikan padamu sebuah batu akik

F G C
Tanda sayang bathin yang tercekik
C Em Am
Rawat baik-baik walau kita terjepit

F G C
Dari kesempatan yang semakin sempit

” Dua Menit Sepuluh Detik

Yang menangis diketiakku
Engakulah itu perempuanku
Diamlah-diamlah
Berhentilah-berhentilah sebentar

Yang tertawa
Dia yang luka
Engkaulah itu betinaku
Puaskah hatimu

Teruslah tertawa hingar

” Badut



Dut badut badut badut badut badut badut jaman sekarang
Mong omong omong omong omong omong omong omong sembarang
di televisi, di korang-koran
di dalam radio, di atas mimbar

Gut manggut manggut manggut manggut manggut manggut seperti badut
yaiya iya iya iya iya iya lhaiya iya
whohoho…hohouwouwoho
Peragawati peragawan senyam senyum seperti badut

penyanyi dan pemusik bintang film nampang seperti badut
di televisi, di koran-koran
di dalam radio, di atas mimbar
Ku aku aku aku aku aku aku seperti kamu

Mu kamu kamu kamu kamu kamu kamu seperti badut
wohoho…hohouwouwoho
Para pengaku intelek tingkah polahnya lebihi badut
Kaum pencuri tikus politikus palsu saingi badut

di televisi, di koran-koran
di dalam radio, di atas mimbar

” Cinta

Orang bicara cinta
Atas nama Tuhannya
Sambil menyiksa membunuh
Berdasarkan keyakinan mereka

Air mengalir
Angin berhembus
Hening…hening…hening…
Doa-doa bergema

Mata menetes darah
Satu lagi korban jatuh
Tradisi lenyap dihisap marah
Tuhan ya Tuhan

Namamu disebutkan
Disaat hidup, waktu sengsara
Di pintu mati
Tuhan ya Tuhan

Tuhan ya Tuhan
Tuhan ya Tuhan
Tuhan ya Tuhan
Tuhan ya Tuhan

Tuhan ya Tuhan
Cinta…
Cinta ya cinta
Namamu diagungkan

Di saat hidup, waktu sengsara
Di pintu mati
Cinta ya cinta
Cinta ya cinta

Cinta ya cinta
Cinta ya cinta
Cinta ya cinta
Cinta ya cinta

Tuhan…

” Perjalanan Waktu

Pagi telah datang, matahari datang
Jelata lewati hari
Bersetubuh dengan waktu
Wajah-wajah legam

Matanya membara
Membakar bayangan palsu
Peti mati di atas langit
Oh…mereka dihantam kenyataan

Oh…mereka teriak!
Orang-orang kalah, tak bisa bicara
Tanyakan pada dunia
Benarkah mereka kalah

Benarkah mereka kalah
Menanti batas, batas segala yang tidak ada batasnya
Menanti akhir, akhir segala yang tidak ada akhirnya
Waktu berlalu, waktu berpacu

Doa-doa apa saja
Caci-maki apa saja……….

” Doa Dalam Sunyi

Angin datang darimana
Merayapi lembah gunung
Ada luka dalam duka
Dilempar ke dalam kawah

Memanjat tebing-tebing sukai
Memasuki pintu misteri
Mengores batu-batu
Dengan kata sederhana

Dengan doa sederhana
Merenung seperti gunung
Mengurai hidup dari langit
Jejak-jejak yang tertinggal

Menyimpan rahasia hidup
Selamat jalan saudaraku
Pergilah bersama nasibmu
Pertemuan dan perpisahan

Dimana awal akhirnya
Dimana bedanya
Doa-doa terdengar dalam sunyi
Doa-doa terdengar dalam sepi

” Lagu Cinta

Aku tak tahu harus mulai darimana
Aku tak tahu harus menulis apa
Ditanganku duka ditanganku suka
Lagu cinta inginku nyanyikan

Namun lidahku kaku hatiku beku
Aku rindu aku tak tahu
Lagu cinta dimana engkau
Mencari apa yang di cari

Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu
Darimana kamu datang
Aku tak mendengar langkahmu

Lagu cinta pelan-pelan
Bangunkan aku oh….
Mencari apa yang di cari
Menunggu apa yang ditunggu

Aku merasa dikejar waktu

” Orang Gila ”

Waktu pulang malam-malam sendiri-sendiri
Orang gila dilampu penyeberangan jam dua malam
Lewat pada saat lampu sedang merah
Tepat ditengah-tengah zebra cross

Irama langkahnya tidak berubah seperti lagu lama
Yang aku dengar menuju pulang sendirian
Orang gila dilampu penyeberangan rambutnya gimbal
Kumis dan jenggotnya jarang-jarang

Membawa gembolan entah gombalan atau makanan
Melangkah terus kedepan
Orang gila dilampu penyeberangan apa kabar……..
Siapa yang menyapa kamu diam

Tersenyum tidak menangis tidak
Kau sapa siapa saja selamat malam
Selamat malam

” Yang Tersendiri  ”

Terhempas kuterjaga dari lingkar mimpi
Pada titik sepi
Suaramu terngiang menembus khayalku
Yang juga tentangmu

Dan ku akui tanpa kemunafikan
kucinta kau
Bahwasanya keakuanku bersumpah
Kucinta ku

Bayangmu menghantui setiap gerakku
Dan kemauanku
Dahagaku akanmu matikan emosi
Juga ambisiku

Eseks..eseks..udug..udug (nyanyian Ujung Gang)

Menangis embun pagi yang tak lagi bersih
Jubahnya yang putih tak berseri ternoda
Daun-daun mulai segan menerima
Apa daya tetes embun terus berjatuhan

Mengalir sungai-sungai plastik jantung kota
Menjadi hiasan yang harusnya tak ada
Udara penuh dengan serbuk tembaga
Topeng-topeng pelindung harus dikenakan

Ini desaku
Ini kotaku
Ini negriku..ya..
Robot-robot bernyawa tersenyum menyapaku

Selamat datang kawan di belantara batu
Kulanjutkan melangkah antara bising malam
Mencari tempat, mancari harapan
Aku melihat

Aku bertanya
Aku terluka..ya..
Wahai kawan hei kawan bangunlah dari tidurmu
Masih ada waktu untuk kita berbuat

Luka di bumi ini milik bersama
Bakarlah mimpi-mimpi…bakarlah…mimpi-mimpi

 

 

” Oh…..ya….!

Andaikata aku di mobil itu
Tentu tidak di bus ini
Seandainya aku di rumah itu
Tentu tidak di gubuk ini

A…a…a…a…andaikata
Se..se..se..seandainya
Oh..ya!
Kalau saja aku jadi direktur

Tentu tidak jadi penganggur
Umpanya aku dapat lotre
Tentu saja aku tidak kere
Ka..ka..ka..kalau saja

U..u..u..umpamanya
Oh..ya!
Oh..ya..ya nasib
Nasibmu jelas bukan nasibku

Oh..ya..ya takdir
Takdirmu jelas bukan takdirku
Aku bosan!

Menunggu Ditimbang Malah Muntah



Aku menyanyi didalam kamar mandi seorang diri
Disamping wastafel, disamping kaca sambil menghisap kejenuhan
Majalah minggu terletak dikeranjang cucian
Gambar dua orang menteri sedang berjabat tangan

Sambil tersenyum diatas kakus aku terus menulis
Menulis lagu lagu seimbang timbang menimbang
Di timbang nimbang menimbang dibuang sayang
Yang paling besar pulang sekolah, sibapak asyik sendiri

Suara mesin buyarkan maksud maksud siapa aku tak tahu
Akan terdengar gemericik hujan mencari teman
Orang tertawa
Tunggu menunggu di tunggu, tunggu

Tunggu menunggu di buang sayang
Pelan-pelan sayang kalau mulai bosan
Jangan marah-marah nanti cepat mati
Santai sajalah

Seekor nyamuk terbang diatas majalah
kadang hinggap lalu terbang lagi
Mengitari wajah politikus
yang entah tersenyum atau sakit gigi

Lampu 40 watt bertopi pendekar cina
tetap saja merendah tidak berubah
Kartu nama seorang teman tertindas asbak
Yos tidur galang cikal tidur Hmm……..

Hari ini ada berita polisi mati
Hari ini ada berita pembantu dibantai majikannya
Hari ini ada berita anak-anak membunuh orang tuanya
Hari ini ada berita orang tua memperkosa anak-anaknya

Hari ini ada berita guru-guru banyak yang sakit jiwa
Hari ini ada berita orang-orang kaya takut bangkrut
Hari ini ada berita mahasiswa protes merah putih cemang-cemong
Mau insaf susah desa sudah menjadi kota

Burung hantu liar berbunyi terus
Yos bangun galang cikal
Tidur yos tidur lagi
Jangkrik tidak berhenti

Belalang masih bernyanyi
Detik jam belum berhenti
Suara mobil sewenang-wenang
Suara pabrik sama saja

Yos tidur galang cikal tidur
Pelan-pelan sayang kalau mulai bosan
Jangan marah-marah nanti cepat mati
Santai sajalah Hm………

” Satu SatuLirik  ”


Satu satu daun berguguran
Jatuh kebumi dimakan usia
Tak terdengar tangis
Tak terdengar tawa

Redalah reda
Satu satu tunas muda bersemi
Mengisi hidup gantikan yang tua
Tak terdengar tangis

Tak tedengar tawa
Redalah reda
Waktu terus bergulir
Semuanya mesti terjadi

Daun-daun berguguran
Tunas-tunas bersemi
Satu satu daun jatuh ke bumi
Satu satu tunas muda bersemi

Tak guna menangis tak guna tertawa
Redalah reda
Waktu terus bergulir
Kita kan pergi dan ditinggal pergi

Kedalam tangis kedalam tawa
Tunas-tunas muda bersemi

 

 

Jalan Yang Panjang Berliku

Jalan panjang yang berliku
Jalan lusuh dan berbatu
Namun kuharus mampu menempuh
Bersama beban di batinku 

Kudatang berlumur debu
Kupergi bersama bayu
Diantara gelisah
Kucoba untuk tetap kukuh

Tiadakan tempat kuberteduh
Dikala luka membiru
uh .. uh .. uh ..
Segenggam harapan dalam jiwa

Hilang punah tiada kesan ..
Dikegelapan ..

” Nyanyianmu

C Em
Kau petik gitar
F
Nyanyikan lagu

Am
perlahan
G
Usap hatiku…

C Em
Terucap janjiku
F
untukmu

C G
Tenggelamku di
C
tembangmu

C Em
Tulikanlah kedua
F
telingaku

Am
Butakanlah kedua bola
G
mataku

C Em
Agar tak kulihat dan
F
kudengar

C
Kedengkian yang
G C
mungkin benam

Am G F G
memang aku jatuh
Am G F G
Dalam cengkeramanmu

Am G F G
Sungguh aku minta
C
Teruskanlah kau

G
bernyanyi
F G C
Kau kudengar itu pasti

C
Teruskanlah kau
G
bernyanyi

F G
Dan jangan lagumu
C
terhenti

” Kota

Kota adalah rimba
belantara buas
Dari yang terbuas…..
Setiap jengkal lorong

dan pecik darah
Darah dari iri…
darah dari benci
Bahkan darah dari sesuatu

yang tak pasti….
Kota adalah rimba belantara
liar dari yang terliar….
Setiap detik lidah-lidah liar

rakus menjulur lapar…
Tangis bayi adalah lolong
srigala…di bawah bulan….
Lengking tinggi merobek

batu-batu tebing keras dan kejam
Bernafas diantara sikut
licik dan garang
Bergerak diantara ganasnya

selaksa karat…..
Kota adalah hutan belantara
akal
Kuat dan berakar….

menjurai….
Di depan mata…siap
menjerat…
di depan mata….

siap menjerat….
leher kita…..

” Selamat Tinggal Malam


Slamat tinggal malam…….
yang hitam
Antara kupergi ikhlaskan
Rumah memang….

kita berteman
tempuh jalan yang kelam
Terima kasih malam….
yang hitam

Banyak kauajarkan….padaku
Sgala dosa….sgala cela…
Sgala…..galanya
Pernah kau kecewa padaku

Sebab kutak percaya padamu
Bahwa hari ada malam
hari ada siang
hari…ada pagi…hari adalah

hari
Engkau hanya diam
dengarkan
bahwa ku yang keras cemooh

Dengar ucapmu….
dengar katamu…dengar….
khotbahmu…..
dengar bohongmu

Oh malam maafkan aku…
Yang lupa saat itu
Oh malam maafkan aku
Tak percaya padamu

Hari ada pagi…
hari ada malam
hari ada siang…
dalam hati slalu ada

kemungkinan

 

 

” 22 Januari 

22 Januari kita berjanji
Coba saling mengerti apa didalam hati
22 Januari tidak sendiri
Aku berteman iblis yang baik hati

Jalan berdampingan
tak pernah ada tujuan
Membelah malam
mendung yang selalu datang

Ku dekap erat
Ku pandang senyummu
dengan sorot mata
yang keduanya buta

Lalu kubisikan sebaris kata-kata
Putus asa….sebentar lagi hujan

” Mimpi Yang Terbeli



Berjalan di situ…di pusat pertokoan
Melihat-lihat barang-barang yang jenisnya
beraneka ragam
Cari apa di sana….pasti tersedia

Asal uang di kantong cukup
Itu tak ada soal
Aku ingin membeli..kamu ingin membeli
Kita ingin membeli…semua orang ingin membeli

Apa yang dibeli…mimpi yang terbeli…
Tiada pilihan selain mencuri..
Sampai kapan mimpi-mimpi itu kita beli
Sampai nanti sampai habis terjual harga diri

Sampai kapan harga-harga itu melambung tinggi
Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi
Segala produksi ada disini
Menggoda kita tuk memiliki

Hari-hari kita berisi hasutan
Hingga kita tak tau diri sendiri
Melihat anak kecil mencuri mainan
Yang bergaya tak terjangkau olh bapaknya

Yang maling